Kamis, 16 Februari 2012
Selasa, 14 Februari 2012
HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS
ABSTRAK
ELVIRA TALANIPA. “Hubungan Kondisi Lingkungan
Belajar dan Kemampuan Mengajar Guru dengan Hasil Belajar IPS (Studi
Korelasional pada Siswa SMP di Kota Kendari)”
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah terdapat hubungan kondisi lingkungan
belajar dengan hasil belajar IPS siswa SMP Negeri di Kota Kendari? (2) apakah
terdapat hubungan kemampuan mengajar guru dengan hasil belajar IPS siswa SMP
Negeri di Kota Kendari? (3) apakah terdapat hubungan secara bersama antara
kondisi lingkungan belajar dan kemampuan mengajar guru dengan hasil belajar IPS
siswa SMP Negeri di Kota Kendari?
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) hubungan antara kondisi lingkungan belajar dengan
hasil belajar siswa; (2) hubungan antara kemampuan mengajar guru dengan hasil belajar
siswa; dan (3)
hubungan antara kondisi lingkungan
belajar dan kemampuan mengajar guru secara bersama-sama dengan hasil
belajar siswa.
Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VII SMP Negeri se-Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara dengan mengambil sampel sebanyak 97 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan instrument yang dikembangkan sendiri oleh peneliti
dengan terlebih dahulu diuji coba secara empirik untuk validitas dan
reabilitasnya.
Hasil penelitian menemukan bahwa (1) terdapat hubungan positif dan
signifikan antara kondisi lingkungan
belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS seperti ditunjukkan dengan
koefisien korelasi sebesar 0,738 dan koefisien determinasi sebesar 0,5446; (2) terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan mengajar
guru dengan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS seperti ditunjukkan dengan koefisien
korelasi sebesar 0,712 dan koefisien determinasi sebesar 0,507; dan (3) terdapat hubungan positif dan signifikan antara kondisi lingkungan belajar dan
kemampuan mengajar guru dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
secara bersama-sama dengan koefisien korelasi ganda sebesar 0,769 dan koefisien
determinasi sebesar 0,591. Dengan demikian untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
maka faktor kondisi lingkungan belajar dan
kemampuan mengajar guru merupakan faktor-faktor penentu dan perlu menjadi
perhatian bagi para guru IPS.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE-A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR IPS-EKONOMI PADA KONSEP UANG DIKELAS IX.A SMP NEGERI 7 KENDARI
ABSTRAK
“Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe
Make-A Match untuk meningkatkan akyifitas dan hasil belajar IPS-Ekonomi pada
Konsep Uang dikelas IX.A SMP Negeri 7 Kendari “
(Elvira Talanipa,S.Pd.M.Pd,20
halaman, tahun 2011)
Kata Kunci : Aktifitas, Hasil
belajar Ekonomi, Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make – A Match .
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa SMP
Negeri 7 kendari pada mata pelajaran IPS-Ekonomi pada Konsep Uang. Kesulitan
bagi siswa dalam menghafal mata uang Negara-negara diDunia merupakan
permasalahan sehingga perlu peningkatan aktifitas dan hasil belajae siswa serta
keterampilan proses guru mengajar pada konsep uang melalui pembelajaran
Kooperatif ipe Make-A Match. Subyek penelitian ini siswa kelas IX.A diSMP
Negeri 7 Kendari dilaksanakan pada semester ganjil 3 kali pertemuan dalam 2
siklus penelitian. Dari hasil penelitian ternyata pembelajaran Make-A Match
dapat meningkatkan aktifitas belajar dari cukup baik menjadi baik dan hasil
belajar dengan ketuntasan dari 66,67% menjadi 91,67%. Maka secara umum
pelaksanaan kegiatan pembelajaran Kooperatif tipe Make- A Match dapat
meningkatkan aktifitas belajar dan hasil belajar dalam pelajaran IPS-Ekonomi
kompetensi dasar Mendeskripsikan Uang dan Lembaga Keuangan pada siswa Kelas
IX.A si SMP Negeri 7 Kendari.
Rabu, 08 Februari 2012
MENCIPTAKAN PENDIDIKAN KARAKTER YANG BERMUTU
Akhir-akhir ini sebagian besar guru disibukkan dengan pembuatan silabus dan rencana pembelajaran yang berkarakter. Dengan kegiatan tersebut apakah guru-guru tersebut dapat mengaplikasikan kedalam pembelajaran dan selanjutnya berdampak terjadinya perubahan sikap karakter terhadap peserta didiknya masing-masing. Pertanyaan diatas dapat dijadikan renungan bagi kita bahwa tidak begitu mudah untuk merubah karakter siswa tanpa ditunjang dengan hal-hal yang lain seperti sikap guru yang masih memaksakan nilai memenuhi KKM (Kriteria ketuntasan Minimal) dengan dipihak lain menyembunyikan nilai yang sebenarnya siperoleh siswa seperti nilai 2,3,4, dimana nilai tersebut tidak memenuhi KKM yang telah ditetapkan sekolah.
Langganan:
Postingan (Atom)